Sumber:
Fresidy,
Budi (2010). Matematika Keuangan, Edisi 3 Revisi. Penerbit Salemba Empat.
Jakarta
= Bunga Majemuk =
Materi yang lalu, kita asumsikan bahwa P tidak mengalami perubahan dari awal
hingga akhir, sehingga nilai bunga selalu dihitung dari nilai pokok ini, hal
ini terjadi pada bunga sederhana dan diskon. Dengan bunga majemuk, bunga yang
jatuh tempo ditambahkan ke nilai pokok pada akhir setiap periode coumpond atau periode perhitungan bunga
untuk mendapatkan pokok yang baru. Perhitungan bunga untuk periode berikutnya
akan didasarkan pada nilai pokok baru ini dan bukan pada nilai pokok awal,
begitu seterusnya.
Periode perhitungan bunga adalah periode
bunga dihitung untuk ditambahkan ke pokok. Periode perhitungan bunga tidak
harus satu tahun walaupun tingkat bunga selalu dinyatakan per tahun. Periode
perhitungan bunga dapat dinyatakan dalam mingguan, bulanan, triwulanan,
semesteran atau tahunan. Jika periode perhitungan bunga bukan tahunan, misalkan
bulanan, maka tingkat bunga juga harus dalam bulan, yaitu dengan membagi
tingkat bunga tahunan dengan dua belas.
Contoh: Hitung bunga dari Rp1.000.000 selama
2 tahun dengan tingkat bunga 10% p.a. apabila bunga dihitung semesteran dan
bandingkan dengan bunga sederhana yang dihasilkan.
Jawab:
Periode
|
Pokok Pinjaman (Rp)
|
Perhitungan Bunga Majemuk
|
Nilai pada Akhir Periode (Rp)
|
1
|
1.000.000
|
Rp1.000.000
x 0,05 = Rp50.000
|
1.050.000
|
2
|
1.050.000
|
Rp1.050.000
x 0,05 = Rp52.500
|
1.102.500
|
3
|
1.102.500
|
Rp1.102.500
x 0,05 = Rp55.125
|
1.157.625
|
4
|
1.157.625
|
Rp1.157.625x0,05 = Rp57.881,25
|
1.215.506,25
|
Jadi, total bunga majemuk selama dua
tahun adalah Rp215.506,25, sedangkan bila menggunakan bunga sederhana, total
bunganya adalah Rp200.000 (Rp1.000.000 x 10% x 2).
Untuk mempermudah perhitungan bunga
majemuk, kita akan menggunakan notasi sebagai berikut:
P = nilai pokok awal (principal)
S = nilai akhir
n = jumlah periode perhitungan bunga
m = frekuensi perhitungan bunga dalam
setahun, yaitu 2 untuk semesteran, 4 untuk triwulan, dan seterusnya
jm = tingkat bunga nominal
tahunan dengan periode
i = tingkat bunga per periode
perhitungan bunga
formula dari bunga majemuk
S = P (1+i)n
Faktor (1+i)n disebut faktor majemuk (compound factor) dan proses perhitungan S dari P disebut compounding atau akumulasi atau mencari
nilai akan datang (future value). Sementara itu,
perhitungan P dari S disebut mencari nilai
sekarang (present value).
Contoh: Berapa nilai S dari P sebesar
Rp10.000.000 jika j12 = 12% selama:
a.
5 tahun
b.
25 tahun
a.
P = Rp10.000.000
i=12%/12
= 1% = 0,01
n=
5 tahun x 12 = 60 bulan
S=
P(1+i)n
= Rp10.000.000 (1+0,01)60
= Rp18.166.967
Pertumbuhan uang Rp100 pada tingkat
bunga majemuk j12
Tahun
|
6%
|
8%
|
10%
|
12%
|
5
|
134,89
|
148,98
|
164,53
|
181,67
|
10
|
181,94
|
221,96
|
270,70
|
330,04
|
15
|
245,41
|
330,69
|
445,39
|
599,58
|
20
|
331,02
|
492,68
|
732,81
|
1.089,26
|
25
|
446,50
|
734,02
|
1.205,69
|
1.978,85
|
30
|
602,26
|
1.093,57
|
1.983,74
|
3.594,96
|
35
|
812,36
|
1.629,26
|
3.263,87
|
6.530,96
|
40
|
1.095,75
|
2.427,34
|
5.370,07
|
11.864,77
|
45
|
1.478,00
|
3.616,36
|
8.835,42
|
21.554,69
|
50
|
1.993,60
|
5,387,82
|
14.536,99
|
39.158,34
|
b.
P=Rp10.000.000
i=
1% = 0,01
n=
25 tahun x 12 = 300 bulan
S
= P(1+i)n
= Rp10.000.000 (1+0,01)300
= Rp197.884.662,6
Total bunga majemuk dari Rp10.000.000
dengan j12=12% selama 25 tahun adalah Rp197.884.662,6 atau lebih
dari 18 kali nilai pokok awal. Jika metode bunga sederhana yang digunakan,
jumlah bunga hanya Rp30.000.000 jauh di bawah hasil dengan bunga majemuk.
>> Bunga Efektif dan Bunga Nominal
Tingkat bunga tahunan yang dinyatakan
itu apakah diakhiri dengan p.a. atau tidak, disebut tingkat bunga nominal.
Untuk setiap tingkat bunga nominal tertentu (jm), kita mendapatkan
tingkat bunga efektif yang ekuivalen yaitu yang jika digandakan tahunan (j1)
memberikan besar bunga yang sama per tahun.
j1 artinya periode
perhitungan bunga adalah sekali setahun atau tahunan, j2 artinya dua
kali dalam setahun atau semesteran, j3 artinya tiga kali dalam setahun
atau kuartalan, j4 triwulanan, j12 bulanan dan
seterusnya.
Formula: j1 = (1+i)m
– 1
Contoh: Hitung tingkat bunga efektif j1
yang ekuivalen dengan:
a. j2
= 10%
b. j12
= 12%
c. j365
= 13,25%
Jawab:
a.
j2=(1+(0,1/2))2-1
=
(1,05)2-1
=
0,1025 = 10,25%
b.
j12=(1+(0,12/12))12-1
= (1,01)12-1
= 0,126825 = 12,68%
c.
j365=(1+(0,1325/365))365-1
= 1,14165 – 1
= 0,14165 = 14,17%
Berapa tingkat bunga sederhana yang
ekuivalen dengan j2=9%, jika uang disimpan selama tiga tahun?
Jawab:
1+3r = (1+(0,09/2))6
1+3r = 1,3022601
r
= 0,1007533
= 10,08%
>>Menghitung nilai sekarang
Seringkali kita diberikan nilai akhir
(S), tingkat bunga (i), dan periode waktu (n) dan diminta untuk mencari atau
menghitung nilai P, yaitu nilai sekarang (present
value) atau nilai yang didiskontokan (discounted
value) atau nilai pokok awal. Proses mencari P dari S ini disebut
pendiskontoan (discounting).
P = S/ (1+i)n
= S (1+i)-n
Atau yang lebih popular;
PV = FV (1+i)-n
Faktor (1+i)-n disebut faktor
diskonto (discount factor)
Contoh: Dengan menggunakan j12=12%,
hitung nilai diskonto dari uang sejumlah Rp100.000.000 yang jatuh tempo:
a.
10 tahun lagi
b.
25 tahun lagi
Jawab:
a. a) S=Rp100.000.000
n=
10 tahun x 12 = 120 bulan
i=
12%/12 = 1% = 0,01
P = S/ (1+i)n
= Rp100.000.000/(1+0,01)120
= Rp 30.299.477,90
b. b) S= Rp100.000.000
n= 25 tahun x 12 = 300 bulan
i= 12%/12=1%=0,01
P = S/ (1+i)n
= Rp100.000.000/(1+0,01)300
= Rp5.053.448,75
Perhatikan bahwa sebaiknya pembulatan
dalam menghitung (1,01)120 dan (1,01)300 tidak dilakukan
karena bukan merupakan hasil akhir. Kalaupun dilakukan pembulatan, usahakan
sampai beberapa angka decimal untuk angka yang belum atau bukan merupakan hasil
akhir dan cukup dua angka desimal untuk hasil akhir seperti contoh diatas.
Contoh: Pada tanggal 1 Januari 2010,
sebidang tanah ditawarkan pada harga Rp180.000.000 secara tunai atau dengan
membayar Rp100.000.000 hari ini ditambah Rp50.000.000 satu tahun lagi dan
Rp50.000.000 dua tahun lagi. Jika diketahui j1=16%, alternatif
pembayaran mana yang sebaiknya dipilih pembeli?
Jawab:
Untuk menjawab soal ini, kita akan
menghitung total nilai sekarang dari alternatif kedua kemudian membandingkannya
dengan alternatif pertama. Pembeli tentunya akan memilih alternatif dengan
harga yang lebih rendah.
Nilai sekarang dari alternatif pertama
adalah Rp180.000.000.
Nilai sekarang dari alternatif kedua
adalah:
=Rp100.000.000+Rp50.000.000(1,16)-1
+ Rp50.000.000(1,16)-2
=Rp100.000.000+Rp43.103.448+Rp37.158.145
=Rp180.261.593
Alternatif kedua lebih mahal Rp261.593
dibandingkan alternatif pertama. Olehkarena itu, pembeli sebaiknya memilih
alternatif pertama.